Friday, March 16, 2012

Tuan nona

Sebuah surat cinta dilayangkan padaku minggu itu, sumpah hatiku berdebar - debar kencang menerimanya ketika aku tahu itu surat yang dikirimkan oleh dia...

Lalu pelan - pelan aku pun membacanya dengan jantung yang seakan - akan segera meloncat dari bilik dadaku.
Ah rupanya engkau lelaki yang sering ku impikan yang berani mengganggu siang dan malamku hingga tak tenang, memejamkan mata saja rasanya susah sekali sebelum tubuh ini benar - benar merasa lelah.
syukurlah, akhirnya engkau mengerti isi lubuk hatiku yang menyimpan rasa cinta padamu namun tak kuasa aku menyampaikannya.

Ku panggil engkau Tuan, dan engkau memaggilku nona kala itu, sebuah panggilan yang romatis terdenger di telingaku rasanya, melatup - letupkan perasaan yang semakin terasa indah dan tak dapat terungkapkan dengan kata - kata biasa.

Aku pun berlari menghapirimu, rona wajahmu...rona wajahku seakan - akan seperti sulap berubah bak sinar matahari yang baru naik ke permukaan bumi,
tempat dimana bercengkrama dengan langit untuk menghabiskan waktu.

Engkau berbisik mesra mendekati telingaku, terasa kumismu yang tipis itu sedikit menyentuh daun telingaku...
"mmm Maukah engkau menuangkan secangkir kopi untuk kita berdua, penuhilah semuanya, tak apa jika harus tumpah ruah...aku akan tetap meminumnya di tengah dahaga cintaku untuk mengecup bibirmu nona" serunya!

Sungguh luar biasa! bola - bola matanya ketika menatap wajahku penuh arti kali itu tanpa satu kali saja mengedip sanggup membuatku semakin merasa tak karuan, aku bingung untuk menebak jantungku apakah masih terasa berdetak atau tidak sama sekali...oh rasanya ingin sekali mengecup kedua kelopak matanya yang sayu itu.

Aku pun berusaha menyadarkan diri, lalu aku membalas dengan hangat, aku menatap matanya dan perlahan aku bicara sembari mendekatkan bibirku kearah wajahnya...ku bisikan,
"benarkah engkau akan meminum dan menghabiskan semuanya tuanku? karena aku punya banyak sekali kopi yang dapat ku seduh hangat untukmu, namun tak akan ku berikan secara percuma kepadamu setelah cangkir pertama yang sudah kau habiskan itu"

Lalu dia tersenyum dan berbisik kembali "benarkah? seberapa banyak kah kopimu itu? apakah sebanding dengan cintaku yang sudah tak terbendung lagi ini hai nonaku...oh nona, bibirmu indah sekali, bolehkah aku menciumnya sekarang?"

Aku pun membalas dengan senyum yang mungkin dibarengi raut muka yang tak jelas, entah menunjukan bahagia, bingung, pusing, atau entah perasaaan apalah aku tak pernah merasakannya sebelumnya...dan seakan - akan tenggorokanku tergagap kuat tak dapat membalas satu kata pun, mataku tertutup dengan sendirinya, entah apa yang terjadi, namun rasanya hanya indah dan kebahagiaan yang mengaliri desir nafasku
Seketika itu Tuanku perlahan mendaratkan bibirnya yang hangat, itulah ciuman pertamaku!