Tuesday, March 20, 2012

Pertama Kali Naik Burung Besi

Aku masih ingat kapan pertama kali terbang naik burung besi untuk menyebrangi luasnya samudera meninggalkan pulau Jawa menuju pulau Kalimantan, tepatnya Kota katulistiwa Pontianak (dari Bandara Soekarno hatta menuju Bandara Supadio). Aku memilih naik Lion Air karena waktu itu membandingkan harga tiket yang paling terjangkau diantara maskapai lain.
Jujur saja, sebenarnya beberapa bulan sebelumnya aku sudah di minta untuk pergi berkunjung kesana menemui Tuanku, namun aku tak punya keberanian untuk naik pesawat, aku takut ketinggian dan jatuh!
Namun Tuanku akhirnya berhasil membujukku dengan kata – kata penyemangat, sampai ancaman perang yang bengis  yang berakibat mau tak mau terpaksa membuatku memberanikan diri mengabulkannya..
seperti...“Ayo Nona, Nona pasti bisa!” ...atau,
”Nona...Kalau gak mau juga berangkat, berarti nona tidak mau bertemu denganku” ...atau,
”Ah ternyata Nona hanya omdo saja, katanya Cinta…mana buktinya? Timbang cuman tinggal berangkat saja sampai hati tidak mau melakukannya untukku”...

Hhhh sampai – sampai aku tak kuasa lagi menjawab semua tembakan - tembakan pertanyaan dan kata - kata yang menghiba itu...akhirnya ku putuskan  menyerah saja, aku pasrah dan mencoba naik pesawat untuk kali pertamanya. Biarlah bagaimana yang penting aku mencoba, namun tetap saja hati tak dapat di bohongi, baru turun dari DAMRI lalu masuk ke bandara untuk check-in boarding pass saja aku sudah panas dingin tidak karuan, rasanya deg – degan mau pingsan.
Setelah dapat boarding pass, aku pun terus maju untuk membayar pajak bandara…menghampiri dua petugas disana yang sedang sibuk mengecek secarik kertas boarding pass dan menempelkan struk pajaknya di masing – masing tiket penumpang.

Ada kejadian lucu waktu itu, saking groginya aku masuk antrian itu, aku terus memegang lengkap semua kertas di amplop tiketnya (Tiket dari email untuk check-in, Bukti pembayaran Internet Banking, secarik kertas boardking pass, petunjuk keselamatan sampai amplopku itu penuh dengan kertas haha), dan termasuk juga aku menunjukan KTP-ku yang asli kali itu, haha sungguh menggelikan…petugasnya pun melihatku sambil tersenyum penuh arti…mungkin dipikirnya “ini anak wong katrok kali ya,, baru pertama kali naik pesawat”…andai saja kali itu petugas tidak ngomong dan berbisik dalam hatinya saja dan langsung mengungkapkannya kepadaku secara gamblang, maka akan akan langsung aku akan langsung sahutin “Emang Iya, lalu kenapa? Apa itu masalah buat loe? Loe tau gak babe gue???”
Wkwkwkw, entahlah sungguh menggelikan rasanya…lah kalo pun itu orang tahu siapa bapakku, lalu kenapa…toh Bapakku cuman orang biasa – biasa saja, bukan pejabat juga.
Lanjut lagi, setelah itu aku pun naik elevator untuk menuju ke Gate (mmm berapa ya…lupa lagi deh), pokoknya aku nyari – nyari gerbangnya untuk menunggu, lalu aku pun duduk dengan harap – harap cemas, aku takut kentinggalan pesawat, aku takut mual pusing, aku takut salah naik pesawat, dan yang terakhir dan yang paling memberatkan...lagi – lagi aku takut ketinggian dan jatuh!
Hhh aku hanya bisa berdo'a saja kali itu, semoga saja Tuhan melancarkan perjalananku mulai dari naik pesawat, sampai turun kembali menyentuh daratan tanah dengan selamat, jangan sampai aku menjadi salah satu penumpang yang mengalami kecelakaan diatas awan atau jatuh ke hutan dan tersesat, atau tenggelam ke lautan samudera hingga sama sekali tak ditemukan jejaknya seperti nasib - nasib tragis penumpang maskapai Indonesia yang sudah mengalami kejadian naas itu.

***

Carita naik pesawat pertama kaliku ini belum tamat lho, sebenarnya kali itu nasib sial benar - benar menimpaku, sungguh aneh tepat di hari pertamaku memberanikan diri naik pesawat itu hari Jum'at tanggal 06 Agustus 2010 yang tak akan pernah aku lupakan, hari itu seharusnya pesawatku di jadwalkan berangkat sekitar pukul  duaanlah kalo tidak salah, lalu pihak manajemen Lion Air mengatakan ada delay sekitar satu jam. Kami pun menunggu dengan sabar di ruangan Gate tersebut namun sudah lebih dari dua jam tak kunjung juga ada panggilan. Suasana semakin sumpek dan riuh apalagi AC dan lampu padam, yang ku ingat kali itu hanya lampu utama saja yang di hidupkan dari generator.
Beberapa jam berlangsung, aku masih saja deg - degan dengan "keawamanku pertama kali naik pesawat", aku shalat ashar saja dan membasuh mukaku mencoba untuk tetap tenang dan bersabar. Hhh terus terang saja sih waktu itu ketakutanku semakin mencekam.
Lalu jarum jam menunjukan angka enam, Astagfirullah masih saja pesawatku belum ada kabar sedikit pun, untuk maskapai lain seperti Bali, Mataram, Makassar, Palembang kali itu kalo tidak salah sudah bisa di berangkatkan...sial benar, Pesawat Pontianak saja yang bikin gila rasanya, dikatakan bahwa untuk pesawat Pontianak delay karena Bandara Supadionya mengalami gangguan listrik juga, lalu yang ngenek itu alasannya karena harus menunggu dulu pesawat yang datang dari Palembang, waduh bener - bener bikin gilaaaa dan stres!

Perutku semakin lapar namun aku tak berani keluar mencari makan kali itu karena harapanku besar adanya keajaiban kalau akan ada segera panggilan masuk pesawat dan aku takut ketinggalan, hhh ujung - ujungnya pada akhirnya pun malah berbuah kecewa saja yang ada, pesawat delay terus dan perutku semakin keroncongan dan sakit maaghku kambuh, rasanya buat makan aku tak berselera lagi setelah mendapatkan jatah Beberapa orang semakin malam semakin menggila dan stress sampai - sampai mereka mengamuk kepada para petugas Lion Air yang kali itu sama - sama sedang ketiban sial, sepertinya juga ada yang sempat dihadiahi sebuah pukulan entah tamparan sari salah satu penumpang yang kira - kira aku lihat umurnya sudah berkepala empat dikarenakan dia sudah merasa amat sangat kesal karena pesawat kami menuju Pontianak satu - satunya yang paling molor dan dia mengatakan ada urusan gawat darurat dikota tujuan tersebut dimana harus menemui keluarganya yang sekarat di Rumah sakit. Padahal mungkin jika dipikirkan dengan kepala dingin, apalah gunanya memarahi pegawai kecil seperti mereka, toh mereka hanya menerima perintah dari manajemen atasannya dan mereka hanya menjalankannya saja, aku yakin mereka pun sebenarnya tidak ingin hal ini terjadi karena mereka juga sama - sama ketiban sialnya sampai - sampai mengalami overload time pekerjaan mereka.

Yah saking banyaknya orang yang sudah stress termasuk diriku sendiri merasa suasana ruangan amat sangat tegang dan semakin panas, kali itu aku sempat berbincang - bincang dengan beberapa Ibu - ibu yang akan naik pesawat ke Makasasar kalo tidak salah, dan beberapa bapak - bapak termasuk yang sebaya denganku berbincang - bincang sambil mereka bersama - sama menyalakan beberapa batang rokok kali itu, mereka tak lagi mengindahkan peraturan NO SMOKING alias dilarang merekok di area ruangan  ber-AC itu, mungkin disebabkan kekecewaan dan tak peduli lagi mentaati peraturan sebagai bentuk protes. Ada seorang pria mungkin seumuran dengan almarhum kakekku kali itu yang baru pulang dari tanah suci sehabis umrah membagikan beberpaa biji kurma yang sangat manis sekali kepada kami. Benar - benar ajaib rasanya kali itu, rasa sakit karena maagh yang sedang aku alami seketika langsung terobati setelah makan dua biji kurma dari kakek tersebut, Alhamudlillah ya Alloh engkau masih memberikanku satu keajaiban yang masih mempu membuatku tersenyum kembali terlepas dari segala kesialan yang menimpaku.

Pukul 09:00 malam alias pukul 21:00 makan itu akhirnya pihak manajemen Lion Air mengumumkan kepastian keberangkatan pesawat setengah jam lagi akan segera sampai dan kami pun langsung mengantri di pintu keluar ruangan untuk berjalan naik bis menuju peswat, cukup jauh juga parkiran pesawatnya ternyata. Sepertinya untuk mengobati rasa kesal penumpang kali itu yang sudah tidak sabar lagi ingin segera berankat, sampai - sampai pesawat tidak sempat di bersihkan terlebih dahulu, aku masih melihat ada beberapa bekas sampah seperti permen yang belum di bersihkan kalo itu.

Sewaktu sampai di pesawat aku bersyukur karena akhirnya aku berhasil juga naik tuh kendaraan, namun badanku panas dingin meriang rasanya karena ketakutanku akan ketinggian muncul kembali, aku berdo'a dan terus saja mengulum permenku supaya telingaku tidak sakit, paling tidak itulah yang aku siapkan untuk sedikit mengobati kegelisahanku, dan untung saja mataku langsung terpejam setelah menghadapi ketakutan ketika pesawat Take-off naik ke udara, terus terang saja di benakku terbayang adegan pesawat Final destination kali itu hiiiiy inilah mungkin akibat dari kebanyakan nonton film haha.
Alhamdulillah setalah melalui perjalanan yang cukup aku rasa panjang dan melelahkan selama satu jam tiga puluh menit akhirnya aku pun sampai dengan selamat di bandara Supadio Pontianak, aku naik bis jemputan sampai ke ruangan bandara lalu keluar lagi untuk mencari wajah Tuanku yang pastinya sudah menungguku lama dengan harap - harap cemas beserta rindunya yang telah menumpuk, dan begitu pun dengan diriku.
Aku melihat satu tangan melambai kearahku, dan aku dapati satu sosok dengan wajah yang sudah sangat aku kenal, ya itulah Tuanku...aku tersenyum dan menghampirinya, kami langsung naik mobil untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya aku menggerutu kesal menceritakan pengelamanku yang cukup panjang seharian yang sial itu, untunglah Tuanku menyabarkanku dan berlanjut membuat beberapa kebahagian yang sanggup mengobati segala keluhku kali itu.
 
Oya setelah nonton berita mengenai peristiwa tsb, ternyata diberitakan listrik Bandara-Seokarno Hatta padam sejak pukul 04.00 WIB pagi itu. Pihak bandara menyampaikan bahwa listrik bandara padam karena kerusakan instalasi listrik PLN, namun pihak PLN malah mengelak dan tidak ada masalah dari pihak mereka namun terlebih pada pihak bandaranya sendiri, sebanyak 62 penerbangan kali itu mengalami penundaan...hhh capek deh.

Itulah pengalamanku pertama kali naik pesawat alias burung besi, bagaimana denganmu?