Friday, September 12, 2008

Ramadhan 12

Waduh males, dah kelewat lama banget, sekarang dah hari yang ke 12 hihi (aku ndak puasa hari ini :D) disingkat ajah ah, hmmm paling menyenangkan ketika pulang mudik tanggal 6 ke Bandung, tanggal 7nya aku buru buru yempetin tarawih di mesjid tua tempatku menuntut ilmu dahulu kala bersama teman teman, sekarang mesjid itu kok keliatannya lusuh, kecil, kurang terawat, kabarnya juga sih sekarang anak anak kampungku juga pada jarang ngaji, mereka kebanyakan pada main, masa puber dah jalan begitu cepat dari waktu yang seharusnya, sehari hari mereka nenteng HP kemana mana, motor motoran hamburin bensin yang dibelanjain pake duit hasil keringat orang tua mereka yang cuman sekedar berpenghasilan yang sebenarnya hanya cukup untuk makan saja.
Hayyy teknologi itu ternyata gila!
memang benar dampak positifnya terasa, orang orang selangkah lebih maju, tapi yang aku rasakan di kampungku kok malah ynag negatifnya yang mendominasi ya hiks hiks.

Aku lihat madrasah tempatku dahulu duduk dan menggoreskan pena atau pensil yang hampir patah, bangku itu sekarang dah reyod, banyak debu berterbangan, padahal dulu rasanya aku betah sekali belajar disana.
karpet karpet hijau segar yang sedap dipandang mata sekarang sudah berubah warna, lusuh banget, sepertinya debu dibawah sudah menggumpal, ah sungguh mesjid At-Taqwa itu sudah kurang terawat, dahulu setiap minggu kami bersama sama membersihkan mesjid, mengepel lantainya, membersihkan karpetnya, mengelap kacanya dengan penuh semangat dan senyuman...hhh sungguh sakit hatiku rasanya ingin menangis melihat rumah Allah yang aku kagumi itu.

Sesepuh yang dulu sering mengajariku sekarang dah sangat tua, tuaaa sekali...beliau berkata "sekarang aku hanya tinggal menunggu panggilan Allah saja".
Oh kalaulah wajahnya keriputnya tak dapat lagi ku pandangi, jalannya yang sepoyongan itu tak dapat ku rekam lagi dengan mata, entahlah keadaan umat di kampungku akan semakin membaik ataukah sebaliknya, karena sejujurnya beliaulah yang menjadi tonggaknya secara tidak langsung, perkataan beliau pastilah didengar, aku menganggapnya sudah seperti kakekku sendiri, ingin rasanya aku melihat senyumannya yang murah itu dan bangga dengan salah satu cucu muridnya, tapi apalah dayaku, ternyata aku belum mampu.
Semoga Allah dapat meluruskan keinginannku ini sebelum beliau berpulang ataulah aku yang menghadapnya duluan.
Tolong Aminkan yah :)