Wednesday, June 25, 2008

bebaskanlah aku Tuan!

Pernahkah kau merasa bahagia? bukan hanya bahagia biasa yang ku maksudkan, tetapi bahagia yang bisa membuatmu tersenyum dan terbahak bahak sendiri layaknya seorang yang kehilangan akal.

Pernahkah hatimu merasa tergetar? baknya bumi yang sedang mengalami gempa, darah terasa naik dengan cepat ke ubun ubun kepala, dan itu terjadi ketika kau bertemu sapa dengan seseorang yang kau rasa kau sukai, bahkan kau sayangi, dan bahkan mungkin kau cintai.

Pernahkah kau mengalaminya?

Mungkin kau sudah beberapa kali mengalaminya dalam periode waktu hidupmu, kau menyatakan rasa cinta hanya untuk dia seorang, ya dia yang membuatmu mengatakan beberapa rangakaian kalimat janji janji bual, tentang masa depan, tentang kehidupan dimasa tua bahkan akhirat sekali pun, bahwasannya kau akan tetap mencintainya seumur hidupnya bahkan sampai mati.

Bahkan sebaliknya, dia pun tak hanya sanggup membuatmu melingkarkan senyum dan bintang bintang bahagia di langit langit kehidupanmu, tetapi juga dia sanggup membuat hancur hidupmu hanya dalam satu rangkaian kata kata saja, dunia seakan meledak, langit pun bagaikan runtuh berkeping keping, hatimu pun retak, air pun tak dapat lagi kau tahan dipelupuk mata, serasa berat menampungnya, bagaikan ditindih batu dan terhimpit karang, emosi tak dapat lagi kau kontrol, hari harimu hanya bisa dilewati dengan kepedihan dan penyesalan, bahkan berbuntut benci dan dendam.

Hhhhhhh itu lah cinta, ya...paling tidak itulah yang pernah kurasakan, terkadang aku merasa takut untuk menyelami catatan harianku yang tlah berdebu, aku takut...sungguh sungguh takut mengatakan satu kata agung itu, dan aku pun takut untuk menjawab sapaan dari laki laki yang memang pernah mencoba singgah ditepian hati ini. Tapi apalah dayaku, aku sungguh takut untuk mengecap buah pahit diakhir cerita...

Mengapa kau hitamkan pelangi
meniupkan badai berawan kelam
Menjelujur hari tanpa matahariku...kau tutup tirai tirai bahagiaku, kau renggut semua hari hari indahku.
semuanya hanya terlihat hitam kasih...

Tapi aku hanyalah manusia biasa, aku hanyalah seorang hawa yang tak berdaya, disaat kurasakan geletar direlung hati ketika sang adam menyapa aku pun tak kuasa menahan asa, tetap saja sebagai mahluk tuhan yang ingin melanjutkan sejarah hidup kusadari aku membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan tempat melabuhkan harapanku, walaupun aku tahu benar apa yang kan ku terima ketika tuhan mentabirkan jalan yang buntu untuk cerita ini.

Lama aku menyimpannya Tuan, hingga ku temukan sedikit jawabnya dimalam malam kemarin melalui mimpi singkatku, mengapa sosokmu yang sama sekali tak pernah ku lihat selalu saja menghantui setiap detiknya perhelaan nafasku?

Kau mungkin tak bersayap dan dapat membuatku terbang tinggi kelangitmu yang indah nan megah itu, tapi mengapa jiwa ini terasa begitu jauh terbawa kepermukaan bahagia.

Tlah ku pikirkan matang matang, aku tak mau hanya menyimpulkan perasaan sesaatku, karena aku pun tak mau bermain api.

Seperti halnya kutipan bait lagu yang kunyanyikan beberapa waktu kemarin,

"aku damba engkau bersemayam dihati, walau dalam mimpi...

tetapi mungkinkah rembulan malam berpijak dilangit berdebu..."

Aku tahu siapalah diriku ini, aku hanyalah seorang bumi yang tak pernah dapat menjangkau tingginya langitmu, aku hanyalah hamba tuhan yang jauh dari kesempurnaan, aku tak memiliki sesuatu yang dapat kubanggakan, aku tak cantik, aku juga tak pintar, banyak sekali kekuranganku, tetapi sungguh tak kuasa ku menahannya lagi, tak dapat lagi kusembunyikan kata hati ini...aku pun cukup bahagia dengan segala yang kupunya sampai hari ini, tetapi bolehkah aku menyampaikan kata hati ini kepadamu?

Sungguh lancangnya tulisanku yang berani mengatakan ini semua...

Tolonglah coba mengerti posisiku yang tersudut dalam ruang sempit ini, sungguh membuat dadaku terhimpit dan tersengah sengah untuk bernafas

Hanya satu asaku, bumi mengaharap surat turun dari langit, kau boleh kirimkan hujan badai berpetir untuk menyadarkan kebodohanku ini,

atau kau buka tirai awan kelabu yang tlah lama menutupi hatimu itu dan menyambut bumi dengan sinar mentari berpelangi...

ingin sekali aku keluar dari himpitan ini...

Tolong bebaskanlah aku Tuan!
Semuanya ada pada kata hatimu, jangan kau bohongi, jangan kau buat palsu, jangan pula kau mengecat rasa iba atau perasaan yang tak jelas untuk membuatku bahagia semata, ketahuilah itu malah akan hanya membuat kita hancur dan berjalan dalam pesisir hampa antara kebohongan yang kan hanya berujung kepedihan seperti yang tlah kita alami beberapa waktu lalu.

Terima kasih untuk segala yang telah kau kirimkan dari langit, sungguh tak sanggup lagi aku menampung semua kebaikanmu.